Aku. Hingga kini aku masih
mencari apa arti hidup. Apa hakekatnya tujuan hidup dan mengapa seseorang hidup. Siapa
aku? Mengapa Tuhan masih mempunyai beribu kebaikan hingga pada detik
ini aku masih diberi kesempatan untuk bernafas, melihat, dan
menikmati.
Malam ini aku menatap ribuan bintang dari sebuah kotak kaca, jendela. Terkadang terbesit sebuah tanya, kenapa Tuhan
menciptakan ribuan bintang namun hanya ada satu bulan? Mungkin
jika bulan adalah seseorang diluar sana. Hahaha...yah, seseorang yang aku harap ia kini
dikelilingi oleh 1001 bintang dari Tuhan, bintang yang berwujud perlindungan
dan kenikmatan dari-Nya
Aku sedang mencari jati
diri. Yang terkadang aku masih tak tahu apa itu jati diri? Yang terkadang
ingin ku ketahui namun terkadang sangat tak ingin aku pedulikan. Aku ingin kembali
pada masa lalu, dimana aku terasa berada dalam zona nyaman tanpa sebuah
kekhawatiran. Tak ada kecemasan, karena aku sibuk dengan duniaku
yang nyaman, yang penuh dengan batasan-batasan yang sangat aku patuhi. Kini aku
berjalan diluar zona nyamanku, yang terkadang aku merasa sangat jauh dari-Mu
dan terkadang aku merasa sangat dekat dengan-Mu. Seribu satu kekhawatiran
datang silih berganti, kecemasan yang dulu terasa hanya berasal dari satu
sumber, kini aku dapatkan dari berbagai sumber. Jika dulu aku adalah manusia
yang penuh dengan rasa takut untuk melangkah, kini aku tak seperti itu.
aku terasa begitu mudah untuk melangkah kemana saja sesukaku. Jika dahulu aku
terlalu takut untuk sendiri, sekarang aku begitu menikmati rasa kesendirianku. Dahulu
aku hanya berani memendam segala perasaan yang aku rasakan, entah sakit;
bahagia; malu; atau takut. Kini aku menjadi manusia yang terkadang terasa
berjalan diluar batas. Binal, nekat, tak tahu diri, dan tak mengenal rasa
takut. Bahkan mengatakan sayang kepada seseorang yang aku cintai-pun sudah aku
lakukan. Tuhan, kau tahu? Dia bukan pacar atau bahkan suamiku. Aku hanya
terlalu mencintainya hingga aku putuskan untuk mengucap kepadanya. Aku bahkan
tak tahu aku salah atau benar, toh ini adalah pertama kalinya aku melakukan
ini. Konyol…aku perempuan. Dan mungkin tak seharusnya aku melakukan itu. Masih kurang
binal apa aku?
Tuhan, aku ingin
menangis. Aku tak tahu aku yang saat ini lebih baik atau buruk. Aku yang dengan
lantang akan berkata tidak. Aku
yang dengan tanpa rasa malu akan berkata aku suka dan aku mau. Aku cinta dengan raga yang sekarang, hidupku terasa begitu
bersinar meski sering awan mendung datang. Tak apa…tak
ada kebahagiaan yang abadi
Tuhan, aku mempunyai sebuah
cerita. Ada beberapa orang yang dahulu aku tahu ia begitu mengagungkan
seseorang, memujinya didepan mata hingga rasanya hati ini iri. Namun
sekarang, orang yang sering ia puji ia jatuhkan dalam sekejap. Terlihat seribu
satu kebencian yang terpancar dari pandangan matanya. Aku tak tahu kuasa-Mu begitu kuat. Dalam sekejap kau membuat seseorang benar-benar membenci orang
yang dahulu sering ia puji
Entah sudah
berapa ribu orang yang begitu membenciku. Yang mengucapku tak tahu diri, tak
bisa bertindak apapun, atau bahkan murahan? Aku tak bisa membayangkan sudah
berapa juta orang yang pernah aku sakiti. Ada berapa puluh ribu orang diluar
sana yang begitu membenciku. Adakah orang yang benar-benar mencintaiku? Sudah
berapa manusiakah yang dahulu terasa selalu mendekapku namun sekarang menikam?
Aku tak tahu kenapa setiap orang
tak berkata secara langsung tentang rasa terpendam. Kenapa setiap orang harus berkata iya sekalipun hatinya
berkata tidak? Tuhan, masih baikkah kita jika kita tersenyum disaat rasanya
ingin menangis?? Tak apakah kita berlaku seolah semuanya baik-baik saja
sekalipun rasanya ada luka yang menganga besar dalam hati?
Terimakasih atas
segala sakit yang pernah Engkau hadirkan dulu dan sekarang. Tanpa
mereka aku tak bisa sekuat sekarang. Mungkin jika Engkau tak menghadirkan
itu semua aku masih menjadi pribadi yang rapuh seperti deburan debu yang hanya
bisa menunggu angin untuk membuatnya bergerak...
Komentar