Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Bye

Tuhan menegur kita dengan berbagai cara yang ia punya. Dan dari berbagai cara itu, Tuhan memilih kehilangan untuk membuatku lebih mendekat kepada-Nya . . Sabtu, 26 April 2014. Weekend. Aku duduk didepan laptopku sedari pagi hingga siang. Semangatku sedang berapi-api untuk mengerjakan peralihan skripsi kualitatif menjadi kuantitatif. Api yang membakar hatiku merembes. Merembes ke dalam laptopku yang juga ikut terasa panas. Jadi aku putuskan untuk menyalakan coolingpad ku. Aku takut laptopku ikut terbakar juga #rakcetho Pencetan huruf pertama, kedua, hingga keseratus sekian aku mulai bosan. Handphone berbunyi “ drrrrrrrt ” itu bukan bunyi sebenernya, bergetar. Aku sentuh dengan penuh kasih sayang, aku belai ia. Tapi handphoneku tak membalas perlakuan mesraku dengan baik, ia metong #mati. Minta disetrum. Handphoneku mempunyai cara manjanya tersendiri untuk merengek minta dicash. Itu yang membuat cintaku padanya tertumpuk kaya tumpukan buku yang menggunung tapi membuat aku tak

bapak

“Bapak, saya mulai lelah” Ini bukan pertama kalinya aku datang menghadap bapak, bapak kedua. Ini sudah hampir lebih dari 5x. Aku tak tahu, setiap bimbingan bapak selalu menanyakan judul, menanyakan tujuan dan menanyakan populasi yang diambil. Alasan…bahkan aku tahu bapak sudah mengetahuinya di luar kepala bapak (mungkin). Sampai bapak tak bisa mengingatnya sama sekali. Bapak tahu dan ingat, seharusnya. Bapak yang memberi rujukan teori ilmu perilaku, bapak yang mengganti kuantitatif bahkan berkali-kali aku sudah berkata ini kualitatif, bapak yang sudah membolak balik judul skripsi yang sudah bapak acc kemudian bapak ralat (lagi dan lagi), bapak pula yang tak mau memberi penjelasan tentang teori yang aku pikir rumit untuk aku cerna karna aku tahu mungkin bapak menginginkan aku untuk mandiri. Kita bapak, terlibat dalam suatu diskusi dalam seminggu 2 hingga 3 kali. “Siapa bapak pertamamu?” “Pak ***a*” “Pak apa mas? Kemaren mas?” Itu adalah kata pengantar yang selalu bapak be

Anak dan Masanya

H ai, apa kabar blogku yang sudah mulai kusam karna lama tak aku sentuh? Hahha Beberapa hari ini hati terasa tertutup, untuk mendapatkan inspirasi dari sekelilingpun rasanya susah sekali. Aku ingin menangis, tapi aku tak tahu bagaimana caranya agar airmata ini menetes sedikit saja. Mungkin aku harus membeli tetes mata dulu.hahha Ini malam bukan pertama kalinya aku tak bisa menatap bulan dan bintang yang tertutup oleh awan mendung *postingan ini seharusnya aku upload dr semalam -_-*. Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya, yang tak bersinar, hanya ada angin dingin yang bertiup. Sama seperti sebuah malam yang sempat aku lalui di Bandungan, sebuah tempat wisata di Semarang. Suasananya yang hening dan dingin membuatku rindu akan keindahan alamnya. Bandungan, letaknya yang tinggi membuat daerah itu berhawa sejuk dan dingin. Tak heran jika disana banyak tempat lokalisasi yang mungkin juga akan berdampak besar pada kehidupan masyarakatnya. Mungkin Aku tak akan menyebut bag

Komitmen

Malam ini bulan dilangit hanya memancarkan sinarnya sebagian saja. Tak sampai setengah hati, ia bahkan hanya ikhlas memberikannya seperempat. Sama seperti tahun ini yang berakhir dengan angka empat... Cerita ini tak datang dari pengalamanku. Ini adalah pengamatanku, tentang beberapa kejadian yang aku lihat dan aku dengar, tak sepenuhnya. Toh aku tak ingin mendengarnya dari awal hingga akhir. Keacuhanku lebih tinggi dibandingkan rasa ingin tahuku. Aku tak ingin ikut berada di dalamnya. Kau tahu apa arti sebuah hubungan? Dan apalah arti sebuah ikatan? Akupun tak tahu. Yang aku tahu, ia bukan sekedar sebuah kata yang sering kita dengar, karna mungkin Tuhan menciptakannya dengan maksud dan tujuan tertentu. Ia yang ia adalah seorang perempuan. Ia mempunyai seorang pendamping. Meskipun itu belum sah secara agama dan hukum, tapi setidaknya itu sah secara hati. Bukankah setiap orang mengiyakan sesuatu atas dasar kesadaran hati dan fisik?? Pendampingnya berada jauh entah dimana