Tuhan menegur kita dengan berbagai cara yang ia punya. Dan dari
berbagai cara itu, Tuhan memilih kehilangan untuk membuatku lebih mendekat
kepada-Nya . .
Sabtu, 26 April 2014. Weekend. Aku duduk didepan laptopku
sedari pagi hingga siang. Semangatku sedang berapi-api untuk mengerjakan
peralihan skripsi kualitatif menjadi kuantitatif. Api yang membakar hatiku
merembes. Merembes ke dalam laptopku yang juga ikut terasa panas. Jadi aku
putuskan untuk menyalakan coolingpadku.
Aku takut laptopku ikut terbakar juga #rakcetho
Pencetan huruf pertama, kedua, hingga keseratus sekian aku
mulai bosan. Handphone berbunyi “drrrrrrrt”
itu bukan bunyi sebenernya, bergetar. Aku sentuh dengan penuh kasih sayang, aku
belai ia. Tapi handphoneku tak membalas perlakuan mesraku dengan baik, ia
metong #mati. Minta disetrum. Handphoneku mempunyai cara manjanya tersendiri
untuk merengek minta dicash. Itu yang membuat cintaku padanya tertumpuk kaya
tumpukan buku yang menggunung tapi membuat aku tak ingin kehilangannya. Aku ciumkan
handphoneku pada colokan charger dengan mesra. Layaknya aku yang ingin dicium
#haish. Dan sekarang aliran virus listrik sudah mulai mengalir kedalam tubuhnya.
Aku letakkan ia diatas printerku yang terletak didekat pintu kamarku. Aku biarkan
ia bercinta dengan charger dan aku melanjutkan kembali skripsiku yang tak
kunjung usai. Sampai pada suatu titik aku merasa stuck. Oke, aku butuh refreshing. Dari 1005 cara untuk menyegarkan
otakku, aku pilih refreshing dengan menatap perempuan cantik didepan kamarku
agak kekiri. Dan voalaaa . . cara ini sukses. Hingga membuat aku susah untuk
move on darinya. Sesusah aku move on dari kasur dipagi hari, apalagi kalo abis
mimpi basah (read=indah) hahhaha
Pintu kamar seperti biasa, tidak aku tutup. Dan babang tukang
cat yang sedang bernyanyi senandung lagu kematian di teras kosku masih
melakukan pekerjaannya dengan serius setengah ga waras. Aku kembali ke kamarku,
niatnya mau minta jatah ke handphoneku. Dan ternyata aku sadis. Aku baru sadar
membiarkan ia tertumpuk oleh kertas-kertas skripsiku. Dan saat aku buka
tumpukan kertas itu. Oh yes . .itu seperti magic. Charger tinggallah charger. Ia
sudah tidak mencium handphoneku lagi. Mungkin deddy cobuser yang mengambil
handphoneku. Cepat, tanpa diduga dan . .tanpa
sebuah persiapan. Seharusnya jangan deddy cobuser yang mengambil, aku mau
babang sulap yang lebih ganteng. Hahhaha
Kakiku bergetar. Lemas. Hatiku mendesir. Darah yang sedang
mengalir ke otakku sejenak berhenti seperti ada lampu merah dalam pembuluh
darahku. Atau mungkin karna ada penggrebekan dari satpol PP. Oke, otak ini tak
bisa tenang. Ini lebih dari khawatir. Lebih dari sedih, dan lebih dari
kehilangan. Aku kehilangan arah, tak tahu jalan pulang, aku terjatuh dan susah
move on. Aku menjerit “aaaaaak”. Itu bohong,
sumpah. Aku cuma menjerit dalam batin. Sekalipun aku tak tahu batinku mampu
mendengar atau tidak. Aku kerahkan pasukan kos gang buntu untuk mencari
handphoneku. Aturan aku juga mengarahkan satpol PP, mereka lebih ahli dalam upaya
grebek grebekkan. Tapi membayangkan muka mereka yang hitam legam dengan body sixpack, niat itu aku urungkan. Aku
tak rela kamarku dijamah oleh mereka
Waktu terus berjalan . .satu jam. Tiga jam. Dua detik
kemudian. Voalaa . .NIHIL. aku coba memanggilnya 3x, ia tak kunjung datang. Aku
misscall, ia tak hidup #metong. Aku menangis bahkan ia tak peduli. Entah dengan
siapa ia saat ini. Entah manusia ganteng, cantik, jelek, atau setengah2 yang
sedang menggenggam dia. Entah genggaman hangat atau dingin yang ia berikan. Aku
hanya bisa berdoa, semoga orang yang
mengambil handphoneku mati. Dan sorenya, tetangga kosku meninggal. Oh Tuhan..jantungku
berdegub kencang. Semoga itu bukan karena sumpahku. tapi aku lebih yakin bukan
ia yang mengambil #pasrah
Dia beruntung memiliki handphone dengan mantan pemilik yang
cantik. Terlalu banyak foto cantikku ada didalam. Kenangan . .foto gebetan gue (T_T)
Sekarang, ia sudah tak ada didepanku lagi. Aku tak sempat
memilikinya lama. Maafkan aku, aku belum bisa mengikhlaskannya. Aku mencintai
dan merindukannya. Siapapun yang berada dengannya saat ini, Tuhan . .lindungi orang itu, dia si
pengambil handphone. Maafkan dosanya. Ia menyadarkanku tentang arti menjaga
Aku menangis . mengenangmu. Sgala tentangmuuu. .ku memanggilmu dalam hati, lirih . .
- Ari Lasso -
Komentar