Pagi
ini aku melihatmu berdiri tegak disamping pintu kelas. Ingin memandang namun
hati ini tak punya sebuah keberanian. Tak memandang, namun rindu ini terasa semakin
dalam. Aku merindukanmu. Berharap aku bisa menangkap tatapan tajam matamu.
Rasanya tak bisa mengucap sepatah katapun. Lidahku mengeras tak bisa berkata.
Itu membuatku merasa nyaman..sangat nyaman hingga rasanya ingin ku memilikimu
Tatapan
mata yang menggambarkan seribu satu rasa. Yang terkadang aku terjemahkan
sebagai sebuah rasa cinta. Selalu ingin aku bantah arti tatapan mata itu. Bahkan
otakku bukan google translator yang
dipastikan benar dalam menerjemahkan sesuatu. Afirmasi positif dan bersikap wajar
layaknya tak ada suatu apapun adalah hal yang sedang mati-matian aku lakukan
didepanmu. Aku bahkan tak tahu bagaimana cara mengucap rindu yang sebenarnya kepadamu
Mungkin
itu hanya perasaanku saja ketika aku merasa tatapan mata itu ada untukku.
Mungkin itu hanya hatiku saja yang selalu berharap hadirnya sebuah cinta dari
hatimu untukku. Aku hanya tak tahu bagaimana cara menyikapi tatapan itu. Itu
terasa sangat sejuk. Bahkan aku tak ingin kehilangan tatapan matamu saat ini.
Kau tak lebih baik dari oranglain. Bahkan terkadang aku sangat membencimu. Saat
pertemuan tak direncanakan namun aku harapkan terjadi, kau tahu apa yang aku
rasakan? Itu lebih sakit dan indah dari yang kau fikirkan. Jika Allah
berkehendak, aku ingin mendekatimu. Bahkan aku ingin membuat sebuah percakapan
panjang agar aku bisa menatapmu lebih lama. Jika pagi ini aku tak menyapamu,
maafkan aku. Sungguh aku tak berkehendak seperti itu. Bahkan andai kau tahu,
aku merasa sangat menyesal pagi ini tak melihat senyummu dari dekat. Aku hanya
ingin hati ini tak dikuasai olehmu sepenuhnya. Yang aku rasa, aku mulai tak
bisa mengendalikan rasa ini. Rasa ini berkembang begitu cepat dan terlalu cepat.
Aku tak tahu aku merasa ketakutan atau hanya sebuah rasa yang ingin aku
hilangkan. Ini bukan sebuah pengorbanan. Aku bahkan tulus menghadirkan rasa
ini. Aku bersyukur rasa ini ada. Kau mengajariku banyak hal. Hanya aku yang
terkadang melupakan bahwa kau juga punya hak dengan siapapun. Hanya aku yang
terkadang lupa bahwa kau milik-Nya. Dan aku tak berhak terhadapmu atas suatu
apapun
Bukan
sebuah rasa iri atau marah yang hadir. Hanya sebuah rasa gemas karena kau
terlihat sangat dekat dengan yang lain. Entahlah, entah mengapa rasa ini hadir.
Sempat hadir dan masih hadir. Salahkah jika rasa itu hadir?? Aku bahkan tak
pernah meminta kepada-Nya agar sebagian hatiku terisi untukmu. Untukmu yang
mungkin tak akan pernah sadar dan mengerti karna akupun mungkin tak ingin
engkau menyadari itu
Apapun
itu…kau tak pernah menjadi sosok antagonis. Kau bukan seseorang yang menarik
ulur sebuah pancing. Atau kau bukan seseorang yang senang berbagi harapan
dengan oranglain namun tak pernah kau beri kepastian. Kau terlampau baik,
hingga aku salah mengartikan kebaikanmu. Kau terlampau pengertian, hingga aku
salah membaca arti dari perilakumu. Kau terlampau indah, hingga aku tak bisa
berkata apapun saat tatapan mata itu terasa menatapku. Aku mencintaimu dengan
caraku sendiri. Aku merindukanmu dengan hatiku sendiri. Maaf jika aku sempat
mengganggumu dengan sebuah ucapan rasa cinta. Mungkin aku tak membutuhkan
balasan, aku hanya ingin kau tahu dan itu lebih dari cukup. Tuhan mungkin
sedang membuat sebuah rencana besar untukku, yang aku tak tahu itu apa…
Berjuanglah…berjuanglah untuk segala sesuatu yang ingin kau gapai. Dari sini aku mendoakanmu dan selalu mendoakanmu. Agar yang Kuasa, selalu memberimu jalan yang terbaik. Entah sampai kapan rasa ini ada untukmu, mungkin sampai Tuhan berkata ini cukup
Andai kau menyadari, kau lebih indah dari yang kau kira dan kau lebih baik dari yang kau fikirkan
2
Nov 2013
Komentar