Aku ingin hidup
dalam duniaku sendiri. Dalam dunia yang aku ciptakan dan aku fikirkan. Mungkin aku
ingin hidup sendiri. Dalam sebuah anganku tentang aku dan Tuhanku. Tuhan yang
selalu memberiku batu dan jalan pada sisi yang berbeda. Tuhan yang memberiku
banyak hal yang terkadang hingga saat ini aku tak tahu maksud Ia memberikan itu
kepadaku apa. Pernahkah kau berfikir, apalah arti Tuhan jika dirimu saja tak
bisa mencintai-Nya??
Tuhanku bukan
Tuhan kejam yang selalu memberikan beribu masalah. Sejatinya, Tuhanku sangat berbaik
hati padaku. Bahkan Ia tak pernah memberiku masalah diluar batas kemampuanku.
Tuhanku selalu memberikan semua hal yang aku butuhkan, bukan yang aku inginkan.
Dan itu lebih dari cukup.
Aku mencintai
Tuhanku. Ia yang tak pernah tidur. Ia yang selalu mendengar seribu satu keluh
kesahku. Ia yang selalu memberiku masalah dan petunjuk pada sisi yang berbeda. Ia
yang selalu menguatkanku dengan cara-Nya. Ia yang memberikanku kekuatan dari
suatu kelemahan. Entah mengapa Tuhanku begitu amat baik kepadaku. Bahkan aku
terkadang merasa sangat hina hingga berfikir berkali-kali “pantaskah aku
mendapatkan semua hal yang telah Tuhan berikan kepadaku??”
Aku tak pernah
bisa membalas kasih sayang-Nya. Sama seperti aku yang tak pernah bisa
memberikan kasih sayangku penuh kepada kedua orangtuaku melebihi kasih sayang
yang mereka berikan kepadaku. Kasih sayang Tuhan kepadaku begitu luas. Tak
terhingga. Bahkan luasnya samudra tak akan bisa mengalahkannya. Indahnya dunia
ini tak akan pernah bisa menandingi keindahan-Nya.
Ada banyak orang
yang begitu membenci Tuhan saat Ia memberikan mereka sebuah masalah, masalah
yang mungkin tak bisa ia selesaikan dengan akal sehatnya. Tapi pernahkah kita *emmm bukan. Bukan kita, tapi aku. Karena ini
adalah antara aku dan Tuhanku* berfikir, mungkin saja Tuhan sedang membangunkan
akal sakit ku. Agar tak ada kesakitan lagi yang ada dalam otak ku. Dan kali
ini, aku rasa Tuhan sedang membangunkan akal sakitku. Rasa sakit yang logikanya
aku rasakan, namun kekuatan yang aku dapatkan.
Karunia Tuhan yang
terindah adalah cinta. Terlepas itu cinta kepada keluarga atau pasangan. Atau Tuhan.
Cinta dan sakit berada dalam satu sisi namun saling bermusuhan. Lemah dan kuat
pun begitu adanya. Berdekatan namun berkebalikan. Cinta akan mengajarimu menjadi
lemah dan kuat. Atau sakit akan membuatmu menjadi kuat dan lemah. Lemah dan
sakit adalah dua hal yang terkadang terlihat begitu amat sangat hina. Cinta dan
kekuatan adalah dua sejoli yang saling menguatkan dan mengajarkan apa arti dari
sebuah kehidupan. Salah?? Tak ada yang salah. Toh dalam hidup kau tak pernah
bisa berkata bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kau tak akan pernah bisa menghakimi
sesuatu benar atau salah. Karna kau bukan Tuhan. .
Sakit mengajarkan
ku pada sebuah kondisi lemah. Namun dari kelemahan, aku belajar untuk bangkit
menjadi lebih kuat. Itulah kekuatan. Kekuatan sebenarnya yang akan
mengajarkanmu tentang arti sebuah sakit. Mengapa sakit itu harus ada. Bagaimana sakit
itu hadir. Darimana sakit itu lahir. Rasa sakit itu ada dan memang harus ada. Karna
tanpanya aku tak akan pernah bisa kuat.
Apa yang ada
sekarang adalah ketika cinta dan sakit itu hadir dalam satu tempat, satu waktu,
satu asal. Ketika cinta datang membawamu pada kelemahan dan sakit menjemputmu
pada suatu kekuatan. Mungkin aku mengalami sebuah kesulitan. Kesulitan karna
aku harus beradaptasi pada cinta dan sakit. Yang kini tak seperti sebuah keping
uang yang menghadap pada sisi berbeda, tapi lebih seperti sepasang sepatu. Bersebelahan
dan dekat. Lalu apa yang harus aku lakukan pada sepasang sepatu itu?
Tuhan tak pernah
menjawab pertanyaanku secara langsung tentang ini. Tapi Tuhan sedang memberiku
jalan, selangkah demi selangkah. Ia hanya sedang mengajarkan kepadaku tentang
arti sebuah kehidupan yang harus kau cintai, apapun kondisinya itu. Tuhan sedang
mengajarkan kepadaku apa cinta yang sesungguhnya. Tuhan sedang mengajarkanku
bagaimana aku harus meyakini-Nya. Tuhan sedang memberitahuku bahwa Ia sungguh
amat mencintaiku, hamba-Nya yang amat sangat hina. Tuhan sedang mengajarkanku
sebuah kekuatan hati.
Aku sungguh
mencintai Tuhan. Hingga rasanya ingin cepat-cepat bertemu dengan-Nya. Menanyakan
segala hal yang masih aku tak tahu jawabannya. Menanyakan apakah aku sudah
tepat dalam bertindak atau aku sebenarnya masih tak bisa memecahkan masalahku
sendiri? Sudah dewasakah aku? Atau aku tak berbeda jauh dengan anak kecil yang
hanya bisa menangis ketika dipukul oleh temannya?
Tuhan.
aku sungguh-sungguh mencintai-Mu. Aku mencintai-Mu dengan caraku sendiri. Dimana
tak ada seorangpun yang akan tahu. Karna ini hanya tentang aku dan Tuhanku.
Cinta dan sakit seharusnya hadir seperti dua sisi mata uang yang berkebalikan. Tapi terkadang mereka hadir seperti sepasang sepatu, bersebelahan dan sangat dekat.
Komentar